A. PENDAHULUAN
Dalam
pendidikan, kegiatan pembelajaran tidaklah selalu berjalan dengan baik sesuai
dengan harapan kita, namun ada beberapa layanan yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam proses pendidikan tersebut. Untuk itu kita harus terlebih
dahulu mengetahui apa-apa saja yang termasuk kedalam komponen
pendidikan, seperti Layanan pendukung dalam pembelajaran maupun penghambat dalam pembelajaran. Oleh karena
itu, di makalah ini, kedua faktor tersebut dijelaskan.
B.
PEMBAHASAN
Layanan pendukung dan
penghambat dalam pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1. Layanan Pendukung dalam Proses Pembelajaran
Faktor
yang mendukung pengelolaan kelas antara lain:
a. Kurikulum
Sebuah
kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa berkumpul untuk
mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga sebuah sekolah bukanlah
sekedar sebuah gedung tempat murid mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan.
Sekolah
dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik
anak-anak yang tidak hanya harus didewasakan dari segi intelektualitasnya saja,
akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat
dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
yang semakin kompleks dalam perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakan di
sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas kelas dalam mewujudkan proses
belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa.
Sekolah
yang kurikulumnya dirancang secara tradisional akan mengakibatkan aktifitas
kelas akan berlangsung secara statis. Sedangkan sekolah yang diselenggarakan
dengan kurikulum modern pada dasarnya akan mampu menyelenggarakan kelas yang
bersifat dinamis.
Kedua
kurikulum di atas kurang serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang
memiliki pandangan hidup Pancasila. Di satu pihak kurikulum tradisional yang
berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap otoriter yang mematikan inisiatif
dan kreatifitas murid. Di pihak lain kurikulum modern yang menekankan kebebasan
atas dasar demokrasi liberal sehingga tidak memungkinkan diselenggarakan secara
efektif kegiatan belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai
makhluk sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh
karena itu diperlukan usaha untuk mengintregasikan kedua kurikulum tersebut
dalam kehidupan lembaga formal di Indonesia agar serasi dengan kebutuhan dan
dinamika masyarakat. Kurikulum harus dirancangkan sebagai pengalaman edukatif
yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan
pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana, sistematik, dan terarah
serta terorganisir
b.
Gedung dan Sarana Kelas
Perencanaan
dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan
luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan
kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah
sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreatifitas dalam
mengatur pendayagunaan ruang/gedung.
Sekolah
yang mempergunakan kurikulum tradisional pengaturan ruangan bersifat sederhana
karena kegiatan belajar mengajar diselenggarakan di kelas yang tetap untuk
sejumlah murid yang sama tingkatannya. Sekolah yang mempergunakan kurikulum
modern, ruangan kelas diatur menurut jenis kegiatan berdasarkan program-progam
yang telah dikelompokkan secara integrated. Sedangkan sekolah yang
mempergunakan kurikulum gabungan pada umumnya ruangan kelas masih diatur
menurut keperluan kelompok murid sebagai suatu kesatuan menurut jenjang dan
pengelompokan kelas secara permanen.
c.
Guru
Program
kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu
peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan
diantara murid-murid dalam suatu kelas. Guru adalah seseorang yang ditugasi
mengajar sepenuhnya tanpa campur tangan orang lain (Rusyan, 1991: 135).
Setiap
guru harus memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara
bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di kelas dan di
masyarakat. Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik
profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan
perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidikan. Persiapan yang harus
diikuti, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (Nawawi, 1989: 121).
d.
Murid
Murid
merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru dalam mewujudkan proses
belajar mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan
berkembang, dan secara psikologis dalam rangka mencapai tujuan pendidikannya
melalui lembaga pendidikan formal, khususnya berupa sekolah. Murid sebagai
unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi
terciptanya situasi kelas yang dinamis.
Setiap
murid memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut
serta dalam kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung
jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangannya masing-masing.
e.
Dinamika Kelas
Kelas
adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap guru
kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada
dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara
terarah yang dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu
kelompok. Untuk itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan
berbagai saran, pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang
dimiliki murid menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna.
Dengan
demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin dan membosankan.
Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar terbatas
didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan bersama kelas-kelas
yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap kelas harus dilihat dari dua segi.
Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu kesatuan utuh yang dapat mewujudkan
kegiatan berdasarkan program masing-masing. Kedua, kelas merupakan unit yang
menjadi bagian dari sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau sebagai
subsistem dari satu total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam
arti semua kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid.
2.
Kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran
Selain
faktor pendukung tentu juga ada faktor penghambatnya. Dalam pelaksanaan
pengelolaan kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut
bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik, lingkungan keluarga ataupun
karena faktor fasilitas.
a. Guru
Guru sebagai seorang pendidik, tentunya
ia juga mempunyai banyak kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi
penyebab terhambatnya kreativitas pada diri guru tersebut. Diantara hambatan
itu ialah :
1)
Tipe kepemimpinan guru
Tipe kepemimpinan guru
(dalam mengelola proses belajar mengajar) yang otoriter dan kurang demokratis
akan menimbulkan sikap pasif peserta didik. Sikap peserta didik ini akan
merupakan sumber masalah pengelolaan kelas. Siswa hanya duduk rapi
mendengarkan, dan berusaha memahami kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru
tanpa diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas dan
daya nalarnya.
2)
Gaya guru yang monoton
Gaya guru yang monoton
akan menimbulkan kebosanan bagi peserta didik, baik berupa ucapan ketika
menerangkan pelajaran ataupun tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi
siswa . Misalnya setiap guru menggunakan metode ceramah dalam mengajarnya,
suaranya terdengar datar, lemah, dan tidak diiringi dengan gerak motorik/mimik.
Hal inilah yang dapat mengakibatkan kebosanan belajar.
3)
Kepribadian guru
Seorang guru yang
berhasil, dituntut untuk bersifat hangat, adil, obyektif dan bersifat fleksibel
sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam proses belajar
mengajar. Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan
selalu menunjukkan antusias pada tugas serta pada kreativitas semua anak didik
tanpa pandang bulu.
4)
Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan
guru terutama masalah pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik yang
sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis, sudah barang tentu akan
mengahambat perwujudan pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu, pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan.
5)
Pemahaman guru tentang
peserta didik
Terbatasnya kesempatan
guru untuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar belakangnya dapat
disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta
didik dan latar belakangnya. Karena pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan
dengan minat, perhatian, dan bakat para siswa, maka siswa yang memahami
pelajaran secara cepat, rata-rata, dan lamban memerlukan pengelolaan secara
khusus menurut kemampuannya. Semua hal di atas memberi petunjuk kepada guru
bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan
siswa satu sama lain.
b. Peserta didik
Peserta didik dalam kelas dapat
dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan
sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan
masyarakat disamping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan
menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya.
Kekurangsadaran peserta didik dalam
memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat
merupakan faktor utama penyebab hambatan pengelolaan kelas. Oleh sebab itu, diperlukan
kesadaran yang tinggi dari peserta didik akan hak serta kewajibannya dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
c. Keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam
kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan
tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis. Problem
klasik yang dihadapi guru memang banyak berasal dari lingkungan keluarga.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak
patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau terlampau terkekang
merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.
d. Fasilitas
Fasilitas yang ada merupakan faktor
penting upaya guru memaksimalkan programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan
menjadi kendala yang berarti bagi seorang guru dalam beraktivitas. Kendala
tersebut ialah :
1)
Jumlah peserta didik di
dalam kelas yang sangat banyak
2)
Besar atau kecilnya
suatu ruangan kelas yang tidak sebanding dengan jumlah siswa
3)
Keterbatasan alat
penunjang mata pelajaran.
0 komentar:
Posting Komentar