28.4.13 METODE SPESIALISASI TUGAS


                   A. Pendahuluan
Satu masalah dari metode spesialis tugas adalah bahayanya apabila para siswa hanya akan belajar mengenai subtopik yang menjadi tnggung jawab mereka.
Untuk mengatasi masalah ini, kebanyakan metode-metode spesialisasi tugas memasukkan sebuah prosedur di mana para siswa saling berbagi informasi yang telah mereka kumpulkan bersama teman satu kelompok dan, dalam banyak kasus, dengan kelas sebagai satu keseluruhan. Dalam jigsaw II, para siswa diberikan kuis yang berkaitan dengan semua topik dan skor kuis yang berkaitan dengan semua topik dan skor kuis dirata-rata untuk mendapatkan skor tim. Jadi apabila menginginkan tim nya berhasil, anggota tim haruslah tidak hanya menyelesaikan sub tugas mereka tetapi juga melakukan tugas lainnya dengan baik yaitu berbagi informasi dengan teman satu timnya. Dalam Group Investigation dan Co-op Co op, tim menyiapkan informasi dan kemudian melaporkannya kepada kelas.
Dalam pembahasan ini menampilkan panduan rinci untuk tiga metode spesialisasi tugas –Group Investigasi, Co-op Co-op, dan Jigsaw II- dan mengambarkan secara singkat metode-metode spesialisasi tugas lainnya, termasuk beberapa versi  dari Jigsaw.

  

            B. PEMBAHASAN
1.    GROUP INVESTIGASI
a.      Dasar Pemikiran
Group investigasi memiliki akar filosofis, etis, psikologi penulisan sejak awal tahun abad ini. Diantara tokoh yang tekemuka dan berorientasi pada pendidikan adalah John Dewey. Pandangan Dewey terhap kooperasi dalam kelas sebagai sebuah prasyarat unutk bisa menghadapi berbagai maslah kehidupan yang komplek dalam masyarakat demokrasi.
Untuk mengimplementasikan dasar pemikiran diatas maka:
1)      Menguasai kemampuan kelompok,
Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non-akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai dengan di dalam kelas.
2)      Perencanaan kooperatif,
Menentukan apa yang ingin mereka investigasikan sehubung dengan upaya mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, sumber apa yang mereka butuhkan, siapa melakukan apa, dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai ke hadapan kelas.
3)      Peran guru,
Guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Dengan cara berkeliling diantara kelompok-kelompok yang ada, untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang meeka hadapi dalam interaksi kelompok. Yang pertama dan terpenting adalah guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan dari para siswa.
b.      Implementasi
Dalam kelompok investigasi, ada enam langkah yang harus dilakukan guru dalam mengimplementasikan kelompok investigasi yaitu:
1)      Mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok.
a)    Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topic, dan mengkategorikan saran-saran.
b)   Siswa bergabung di dalam kelompoknya untuk mempelajari topic yang telah mereka pilih.
c)    Komposisi kelompok didasarkan pada keterkaitan siswa dan harus bersifat heterogen.
d)   Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan
2)      Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Para siswa merencanakan bersama mengenai :
·      Apa yang akan dipelajari?
·      Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pemberian tugas)
·      Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topic ini?
3)      Melaksanakan investigasi
·      Siswa mengumpulkan informasi, menganilisis data, dan membuat kesimpulan
·      Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya
·      Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan
4)      Menyediakan laporan akhir
·      Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.
·      Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
·      Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah pnitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi
5)      Mempresentasikan laporan akhir
·      Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk
·      Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif
·      Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan criteria yang telas ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
6)       Evaluasi
·      Siswa saling memberikan umpan balik mengenai topic tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka
·      Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa
·      Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
2.    METODE CO-OP CO-OP
Co-Op Co-Op hampir sama dengan kelompok investigasi. Metode ini menempatkan kelompok dalam kerja sama antara satu sama lain untuk mempelajari suatu topik di kelas. Metode ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk menguji pemahaman mereka tentang pelajaran yang telah dipelajari maka diberikan kesempatan untuk berbagi pemahaman baru atau dengan teman sebaya. Ketika guru memahami filosofi Co-Op Co-Op maka dia dapat memilih beberapa cara untuk mengaplikasikan pendekatan yang akan digunakan di dalam kelas.
                Untuk itu ada 9 langkah dalam peningkatan kemampuan dalam metode ini :
1)   Diskusi Kelas terpusat pada siswa
Mendorong para siswa untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka sendiri terhadap subyek yang akan dipelajari lalu lakukan diskusi kelas yang terpusat pada siswa. Tujuan dari diskusi ini haruslah dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran unit pelajaran dengan membuka dan memancing rasa ingin tahu mereka, diskusi harus mengarah pada sebuah pemahaman di antara guru dan semua siswa mengenai apa yang akan dipelajari dan dialami oleh para siswa sehubungan dengan topic yang akan dicakupi.
2)   Menyeleksi Tim Pembelajaran Siswa dan Pembentukan Tim.
Apabila para siswa belum memulai bekerja dalam tim, aturlah mereka ke dalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima anggota seperti dalam STAD. Para siswa perlu memiliki kelompok kerja dengan kemampuan yang baik dan kepercayaan yang terbangun sebelum memulai co-op co-op.
3)   Seleksi Topik Tim
Biarkan siswa memilih topic untuk topic tim mereka terlebih dahulu, apabila topic tim tidak langsung diikuti dengan diskusi kelas berpusat pada siswa. Doronglah siswa untuk mendiskusikan berbagai macam topic di antara mereka sendiri supaya mereka dapat memastikan topic yang paling banyak menarik perhatian anggota tim mereka. Guru bisa memfasilitasi kesatuan kelas dengan menunjukan bagaimana tiap topic tersebut dapat memberikan kontribusi penting kepada tujuan kelas, yaitu menguasai unit pelajaran yang sedang dipelajari.
4)   Pemilihan Topik Kecil
Tiap tim membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas di antara anggota tim, tiap siswa memilih topic kecil yang mencakup satu aspek dari topic tim. Topic kecil ini mungkin saja tumpang tindih, dan anggota tim di dorong untuk saling berbagi referensi dan bahan pelajaran, tetapi tip topic kecil harus memberikan kontribusi yang unik bagi usaha tim. Karena perbedaan dalam kemampuan dan ketertarikan, maka merupakan sesuatu yang natural dan dapat diterima bagi sebagian siswa untuk berkontribusi lebih besar dari yang lainnya untuk usaha yang dilakukan tim, tetapi semua anggota tim perlu memberikan kontribusi penting. Guru dapat menyelesaikan masalah ini dengan:
·           Membiarkan siswa mengevaluasi kontribusi dari teman satu timnya.
·           Memberikan tugas atau proyek individual kepada siswa yang berkaitan dengan topic kecil mereka
·           Memonitor kontribusi individual
5)   Persiapan Topik Kecil
Setiap siswa bertanggung jawab terhadap topic kecil mereka dan bahwa kelompok tersebut tergantung pada mereka untuk menemukan aspek penting dari usaha yang dilakukan tim. Persiapan tim bisa saja melibatkan penelitian kepustakaanm, pengumpulan data melalui wawancara atau eksperimen, mencipatakan proyek individual, atau sebuah kegiatan ekspresif seperti menulis atau melukis. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dalam ketertarikan yang semakin kuat karena para siswa tahu mereka akan membagi hasil karyanya dengan teman satu timnya dan bahwa hasil kerja mereka akan memberikan kontribusi terhadap presentasi tim.
6)   Presentasi Topik Kecil
Setelah para siswa menyelesaikan kerja individual mereka mempresentasikan topic kecil mereka kepada teman satu timnya. Presentasi topic kecil di dalam tim haruslah bersifat formal. Yaitu tiap anggota tim diberikan waktu khusus, dan berdiri ketika mempresentasikan topic kecilnya.
Presentasi dan diskusi kelompok kecil di dalam tim dilakukan dengan cara yang dapat membuat semua teman satu tim memperoleh semua pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan oleh masing-masing anggota tim. Selama presentasi kelompok kecil, pembagian tugas di dalam tim bisa di dorong supaya ada satu anggota tim yang mencatat, yang lainnya mengkritik, yang lain lagi memberi dukungan, dan yang lain lagi memeriksa poin-poin yang meencapai titik dari informasi yang dipresentasikan.
7)   Persiapan presentasi tim
Para siswa didorong untuk memadukan semua topic kecil dalam presentasi tim. Di sana harus ada sintesis aktif dari topik-topik kecil tersebut supaya selama diskusi tim presentasi tim akan menjadi lebih dari sekedar sekumpulan presentasi topic kecil.
Diskusi mengenai bentuk presentasi tim harus mengikuti sintesis materi topic kecil. Bentuk presentasi tersebut haruslah ditentukan berdasarkan konten materinya. Misalnya bila sebuah kelompok tidak dapat mencapai kesepakatannya, maka bentuk ideal presentasi mereka adalah mempresentasikan debat kehadapan kelas.
8)   Presentasi tim
Dalam presentasi tim, mereka boleh saja memasukkan sebuah periode Tanya-jawab atau waktu untuk memberikan komentar dan umpan balik. Sebagai tambahan, mengikuti presentasi tersebut guru mungkin akan merasa perlu memimpin sesi atau mewawancara tim supaya tim lainnya dapat mempelajari sesuatu mengenai apa yang terlibat dalam pembangunan presentasi tersebut. Biasanya tim yang sukses akan dipandang sebagai model. Selama sesi wawancara setelah presentasi ini, guru memberikan strategi yang mungkin berguna bagi tim lainnya dalam unit co-op co-op berikutnya
9)   Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam 3 tingkatan:
a.    Pada saat presentasi tim dievaluasi oleh kelas
b.    Kontribusi individual terhadap usaha tim dievaluasi oleh teman satu timnya.
c.    Pengulangan kembali materi atau presentasi topic kecil oleh tiap siswa dievaluasi oleh sesama siswa.
3.    JIGSAW II
Metode pengajaran dengan metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (1978). Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah yang berbentuk narasi tertulis. Dalam Jigsaw II siswa bekerja dalam tim yang heterogen seperti dalam STAD dan TGT. Kunci metode Jigsaw adalah interdepedensi: tiap siswa bergantung pada teman satu laninya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.
a.    Persiapan:
1)   Materi,
Untuk membuat materi Jigsaw II, langkah-langkah berikut:
·      Pilih satu atau dua bab , cerita, atau unit-unit lainnya yang masing-masing mencakup meteri untuk dua atau tiga hari. Jika para siswa akan membacanya dikelas, materi yang dipilih haruslah membutuhkan waktu tidak lebih dari setengah jam untuk membacanya, jika bacaan tersebut akan dijadikan tugas rumah maka pilihannya boleh panjang.
·      Buatlah sebuah lembar ahli untuk tiap unit. Lembar ini berisi empat topik yang menjadi inti dari unit pembelajaran.
·      Buatlah kuis, tes berupa esai, atau bentuk penilaian lainnya untuk tiap unit, paling sedikit delapan pertanyaan, dua untuk tiap topik, atau beberapa soal yang jumlahnya kelipatan empat, tujuannya supaya ada jumlah soal yang seimbang untuk tiap topik.
·      Gunakan skema diskusi, skema diskusi untuk tiap topik dapat membantu mengarahkan diskusi dalam kelompokkelompok ahli.
2)   Membagi siswa kedalam tim.
Membagi tim dalam heterogen yang terdiri dari empat sampai lima orang anggota, persis seperti dalam STAD.
3)   Membagi siswa ke dalam kelompok ahli,
Apabila kelas anda mempunyai lebih dari duapuluh empat siswa siswa, anda harus mempunyai dua kelompok ahli untuk tiap topik, supaya dalam tiap kelompok ahli terdapat tidak lebih enam siswa; kelompok ahli yang jumlahnya lebih dari enam berpotensi untuk tidak maksimal.
4)   Penentuan skor awal pertama,
Berikan skor awal pertama siswa persis seperti dalam STAD . gunakan skor lembar kuis untuk mencatat skor-skor tersebut.
b.    Jadwal Kegiatan.
a)   Membaca. Siswa menerima topik ahli dan membaca meteri yang diminta untuk menemukan informasi.
b)   Diskusi kelompok ahli. Siswa dalam keahian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli.
c)   Laporan tim. Para ahli kembali kedalam kelompoknya masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman-teman satu timnya.
d)  Tes. Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.
e)   Rekognisi tim. Skor tim dihitung seperti dalam STAD.
4.     JIGSAW ORISINIL
Dalam Jigsaw orisinil, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan bacaan temannya yang lain dalam satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para ahli menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya.
Guru yang ingin memanfaatkan kelebihan dari fitur-fitur tertentu dari Jigsaw orisinil dapat mewujudkan dengan menggunakan Jigsaw II dengan memodifikasi sebagai berikut:
a)    Tulislah unit-unit yang menampilkan informasi unik mengenai subjek tetapi tetap masuk akal.
b)   Bagi kedalam tim dengan anggota lima sampai enam orang dan buat lima topik untuk tiap unit.
c)    Tunjukkan satu orang pemimpin tim,
d)   Seringlah gunakan kuis-kuis dan jangan menggunaka skor tim.
Cara lain Menggunakan Jigsaw
·         Bisa menyuruh siswa mencari meteri-materi kepustakaan atau kelas untuk mendapatkan informasi.
·         Setelah para ahli menyampaikan laporan, mintalah siswa menulliskan esai atau memberikan laporan lisan dari pada memberikan kuis.
·         Anda bisa memberikan tiap tim topik yang unik untuk dipelajari bersama.
5.     COMPLEX INSTRUCTION (PENGAJARAN KOMPLEKS)
Metode pembelajaran kooperatif lainnya yang didasarkan pada mencari keterangan dan investigasi disebut Complex Instruction (Cohen, 1986). Bentuk yang paling banyak digunakan dari pendekatan ini adalah sebuah program yang disebut finding Out/Descubrimiento, sebuah program berorientasi penemuan untuk pelajaran ilmu pengetahuan Ilmiah di sekolah dasar yang dikembangkan oleh Edward DeAvila dan Elizabeth Cohen. Metode ini, menggunakan kelas dwi bahasa khusus, yang melibatkan para siswa dalam kelompok kecil, diberikan kegiatan-kegiatan Ilmiah yang diarahkan kepada penemuan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan ilmiah. Para siswa boleh bekerja sama mengerjakan eksperimen untuk menemukan prinsip-prinsip magnatisme, suara, cahaya, dan sebagainya.
Referensi
E. Slavin, Robert.2005. Cooperative Learning, Teori, Riset dan PraktikLondon : Allymand Bacon.                               
Digg it StumbleUpon del.icio.us

1 komentar:

. mengatakan...

Sdr. Dani
Sebaiknya header teksnya diperbaiki. Kombinasi warna perlu disempurnakan. Jumlah link dengan teman ditambah. asesoris blog lengkapi. Penataan tulisan kurang baik. Gunakan warna dan model latar yang berbeeda dari teman lainnya. Tidak boleh sama.
Segera Perbaiki
Trims
darman

Posting Komentar

 
Copyright 2010 Hamdani
Carbon 12 Blogger template by Blogger Bits. Supported by Bloggermint